Dampak Perceraian Bagi Anak Dalam Mencapai SDGs Di Indonesia
Abstract
Salah satu alasan masih banyaknya kasus cerai gugat dari pihak istri dan cerai talak dari pihak suami dilatar belakangi adanya perselisihan dan pertengkaran antara keduanya, alasan lain juga dikarenakan oleh perekonomian dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Saat ini banyak sekali perceraian dikarenakan adanya pihak ketiga dalam rumah tangga. Perceraian yang dilakukan oleh orang tua bukan hanya berdampak kepada mereka saja, tetapi pada psikologis anak, dimana anak yang tumbuh dari pencarian orang tua memiliki kondisi mental yang tidak stabil. Maka Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana dampak perceraian orang tua terhadap psikologis anak. Bertitik dari uraian di atas,maka dapat di rumuskan hal-hal sebagai berikut: Apa dampak perceraian orang tua bagi anak? dan apa yang harus dilakukan orang tua sebelum bercerai? Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif (Library research). Sesuai uraian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan dari rumusan masalah, sebagai berikut: Perceraian orang tua akan memberi dampak terhadap kondisi psikologis anak. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada umumnya perceraian akan membawah resiko yang besar pada anak, baik dari sisi psikologi, kesehatan maupun akademik. Hal ini hanya menyebabkan terhambatnya upaya berkelanjutan dalam SDGs di Indonesia, sebagaimana SDGs yang tidak menginginkan seorangpun tertinggal dalam pencapaian nya. Maka adapun hal yang harus dilakukan orang tua sebelum perceraian terjadiantara lain: (a) Segera memberi tahu anak bahwa akan terjadi perubahan dalam hidupnya. (b) Sebelum berpisah ajaklah anak untuk melihat tempat tinggal yang baru. (c) Jelaskan kepada anak tentang perceraian tersebut. (d) Berilah alasan bahwa perceraian yang terjadi bukanlah salah si anak. (e) Tidak menempatkan anak di tengah - tengah konflik yang sedang terjadi. (f) Tidak menjadikan anak sebagai senjata untuk menekan pihak lain demi membela dan mempertahankan ego diri sendiri.